Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

ANTARA CINTA DAN NAFSU

Banyak muda-mudi jaman sekarang yang asyik masyuk terseret dalam pergaulan bebas. Pacaran seolah menjadi budaya. Pacaran menjadi nuansa bagi mereka untuk menuangkan rasa cinta pada sang kekasih. Rasa rindu ingin bertemu selalu menghantui mereka, para remaja yang sedang dimabuk cinta. Malangnya, ajang bercengkerama dua anak manusia berlainan jenis (bukan muhrim) ini lebih digemari dari pada membaca buku-buku motivasi atau kegiatan positif lainnya. Lebih malang lagi, tontonan sinetron-sinetron di televisi lebih memperparah lagi keadaan ini. Tak dapat dipungkiri lagi, di masa sekarang, ada keprihatinan mendalam di balik fenomena itu. Dengan “mengatasnamakan cinta”, muda-mudi itu banyak yang lupa akan batasan-batasan yang digariskan agama. Melalui ajang yang disebut pacaran itu, terjadilah sebuah interaksi intensif dari perasaan saling suka, sering bertemu, dan seterusnya yang berujung pada terjadinya berbagai kontak fisik dalam kesempatan yang sepi berdua. Tak jarang mereka sampai ter

Anda Kege-eran Enggak, Ya?

  Mungkin Anda sering berada di situasi yang membuat Anda merasa ada seseorang yang sedang memberi perhatian lebih. Anda yakin seratus persen dia mengirimkan sinyal cinta. Tapi benarkah? Bukannya mengecilkan insting Anda. Masalahnya, sering kali perempuan salah mengartikan keramahan dan kebaikan seorang pria. Saat dia merespon kebaikan kita, kita sering mengartikan kebaikannya sebagai respon positif bahwa dia ingin menjalin hubungan. Padahal, belum tentu. Inilah situasi yang biasanya membuat kita, kaum perempuan kege-eran.  - MENGAJAK PULANG BARENG Di antara banyak rekan pria di kantor, ada satu orang yang sering mengajak Anda pulang bersama. Meski Anda sibuk dan harus pulang telat, dia rela menunggu Anda hingga kelar. Ketika dia melihat Anda membawa dua tas, dia pasti menawarkan bantuan membawakan. Sesekali, Anda merasa ajakan dan perlakuannya adalah hal biasa. Namun, lama-kelamaan Anda merasa curiga dia menyukai Anda. Benarkah? Pengakuan Mereka: “Wah, belum tentu lho sik

Antara Sabar dan Mengeluh

Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya. "Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu,tidak lain pasti k a r e na tidak pernah risau dan bersedih hati." Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu ia bertanya, "Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau, dan seorang pun yang menyekutuinya aku dalam hal ini." Abu Hassan bertanya, "Bagaimana hal yang merisaukanmu ?" Wanita itu menjawab, "Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan pada aku mempunyai dua orang anak yang sudah boleh bermain dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, "Hai adikku, maukah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah

Penemu Asli Telepon

penemu asli telepon ''Antonio Meucci'' Antonio Santi Giuseppe Meucci, (lahir 13 April 1808 – meninggal 18 Oktober 1889 pada umur 81 tahun) adalah seorang penemu berkebangsaan Italia yang penemuannya merupakan alat komunikasi modern yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekarang ini untuk kehidupan sosial yaitu telepon. Umumnya penemu telepon yang lebih dikenal masyarakat adalah Alexander Graham Bell, tetapi sepertinya sejarah harus ditulis ulang karena adalah seorang imigran dari Firenze (Florence), Italia yang bernama Antonio Meucci yang telah menciptakan telepon pada tahun 1849 dan mematenkan hasil karyanya pada tahun 1871. Antonio Meucci lahir di San Frediano, dekat kota Firenze pada tahun 1808. Dia adalah lulusan Akademi Kesenian Firenze, lalu bekerja di Teatro della Pergola sampai tahun 1835, dan kemudian ditawari pekerjaan di Teatro Tacon in Havana, Kuba dan berimigrasi di sana bersama istrinya. Pada waktu senggangnya Antonio Meucci suka melakukan penyeli

CEMBURU??

CEMBURU? Wajar-wajar saja, kok. Dengan catatan, tak berlebihan atau cemburu buta. Komunikasi, itu kunci utamanya. Cemburu itu bumbunya cinta. Begitu kata orang. Makanya kalau suami atau istri tak pernah dihinggapi rasa cemburu, bisa jadi pasangannya malah bertanya-tanya di dalam hati, "Sebenarnya dia cinta, enggak, sih, sama aku?" Bahkan, saking ingin menguji kadar cinta pasangan, ada istri atau suami yang sengaja bikin ulah agar pasangannya cemburu.  Cemburu alias jealousy, kata ahli, adalah perasaan takut kehilangan seseorang yang kita miliki atau perasaan takut kalau-kalau hubungan dengan seseorang yang kita cintai terancam. Misalnya, istri langsung panik atau bereaksi berlebihan ketika dirasanya sang suami berhubungan dengan wanita lain. "Ia merasa ikatan perkawinannya akan goyah atau bahkan terlepas begitu tahu suaminya punya hubungan dengan wanita lain," tutur Dra. Psi. Zamralita dari Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara Jakarta. Seb

Anak Muda Pacaran, Hanya Lihat Sisi Senangnya Saja

Seorang psikolog dari Semarang menyatakan, rata-rata anak muda di Indonesia dalam berpacaran hanya melihat sisi kesenangannya saja, dan tidak melihat sisi lainnya.      "Di kalangan anak muda, rata-rata mereka berpacaran sering tidak melihat sisi lainnya, yang dilihat hanya kesenangan semata. Selain itu banyak anak muda ketika berpacaran sering termakan oleh kata cinta, padahal pacaran yang sehat itu tidak hanya berdasar pada cinta semata,"  kata dr. Hastaning Sakti, psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang di Semarang, Sabtu. Hasta, begitu panggilan akrabnya, mengatakan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam Road Show Diponegoro Care Centre (DCC) di kampus Psikologi Undip. Pada kesempatan ini Ia juga mengeluhkan dalam berpacaran anak muda saat ini sering menjurus pada hubungan seks di luar nikah yang berakibat pada kehamilan yang tidak diinginkan.     Selain itu, ia menambahkan, sebaiknya anak muda harus melihat dampak buruknya aki

LDR: JAUH DI MATA DEKAT DI HATI

Terbanglah Menjemput Cinta Sejatimu... Menjalin cinta dengan kekasih yang berada di dekat kita mungkin hal biasa. Kita bisa sering bertemu dan bertatap muka. Bisa langsung mengetahui keadaan si dia, melihat ekspresi wajah, senyum manis, dan gerak tubuhnya secara langsung. Kita bisa pergi bersama untuk membina keakraban. Namun akan lain ceritanya jika kekasih atau pasangan kita berada jauh dari tempat tinggal kita dan tidak bisa bertemu seintens jika jarak tak lagi memisahkan. Demikian juga dengan keadaan pasangan suami istri yang terpisah oleh jarak yang membentang, mungkin karena alasan pekerjaan, tugas dinas, dan lain-lain. Tentu ini membutuhkan sesuatu yang berbeda. LDR atau Long Distance Relationship tak bisa dihindari sering terjadi di antara kita. Jalinan cinta jarak jauh ini mewarnai kisah cinta umat manusia, meski tidak semua orang mengalaminya. Beberapa pasangan mungkin akan kesulitan membina hubungan cinta yang serius atau menjalani kehidupan rumah tangga dengan orang y

8 Pertanda Bahwa si Dia Adalah Jodoh Anda

Saya masih ingat nasehat dari seorang teman yang mengatakan, "Kalau dua insan sudah berjodoh, pasti mereka berdua memiliki banyak kesamaan dan kecocokan dalam banyak hal. Selain zodiak yang saling cocok, mereka berdua juga pasti memiliki hobi, kesenangan dan kebiasaan yang sama. Tak hanya itu, wajah keduanya-pun pasti memiliki kemiripan!" Dulu memang saya percaya, tapi sekarang? Saya tak lagi mempercayainya 100%! Sebab, pria yang kini menjadi pendamping seumur hidup saya ternyata zodiaknya justru berlawanan dengan zodiak milik saya, dia Cancer dan saya Gemini. Dia mencintai laut dan saya mencintai gunung. Makanan favoritnya seafood, sedangkan saya menyukai Chinese food. Dia menyukai warna biru dan saya si pencinta warna hijau. Dan parahnya lagi, wajah kami sama sekali tak memiliki kemiripan..! Akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan sendiri, bahwa sebenarnya hakekat jodoh itu bukanlah seperti yang dikatakan oleh teman saya. Bagi saya, dua manusia yang merasa saling

"I Love You Just The Way You Are"

Saya sangat terharu ketika datang menghadiri perayaan hari ulang tahun pernikahan ke-60 seorang kenalan. Betapa bahagianya pasangan yang merayakan. Mereka duduk berdampingan sambil bergandengan tangan. Senyum menghiasi wajah keduanya. Seorang rekan yang hadir bertanya "Apakah kita bisa seperti mereka, punya cinta yang tak tergerus waktu?" Seiring dengan perkembangan zaman, pernikahan sebagai suatu ikatan sakral antarmanusia mulai dipertanyakan. Perselingkuhan menjadi hal yang biasa dilakukan. Perceraian pun lazim kita dengar dan kita tanggapi secara biasa pula. Kesetiaan menjadi kata yang sulit dilaksanakan. Sampai di manakah batas kesetiaan manusia? Akankah cinta yang tadinya ada menjadi tiada? Apakah benar kita dapat mencintai seseorang untuk selama-lamanya? Di saat susah, di kala senang, sampai ajal memisahkan? Bagaimana mewujudkan cinta seperti itu? Saat saya berkumpul dengan beberapa orang teman, kami berbincang-bincang mengenai makna kesetiaan dan hakikat pernikaha