Disiplin Kerja
Disiplin Kerja
Sikap disiplin kerja karyawan sangat
penting bagi suatu perusahaan dalam rangka mewujudkan suatu tujuan perusahaan,
hal ini sesuai dengan penjelasan Malayu S.P Hasibuan (2001:213) bahwa “Disiplin harus
ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin
karyawan yang baik sulit bagi perusahaan untuk mewujudkan tujuannya”. Dengan
adanya disiplin kerja pada setiap karyawan yang ada di dalam perusahaan
tersebut, akan menjadikan perusahaan itu menjadi maju. karena setiap karyawan
yang berdisiplin dalam melakukan pekerjaan dapat menyelesaikan tugas-tugas yang
ada di dalam perusahaan tersebut walaupun tidak secara keseluruhan menghasilkan
pekerjaan yang sempurna. Tetapi dalam
jangka waktu tertentu karyawan akan melaksanakan pekerjaannya menjadi
lebih baik.
Untuk
lebih memahami konsep disiplin kerja, berikut ini adalah beberapa penjelasan
yang berkaitan denagn disiplin kerja:
2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja
Bejo
Siswanto Satrohadiwiryo (2002:291) menjelaskan arti Disiplin sebagai
berikut:
”Suatu sikap
menghormati, menghargai patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang
berlaku, baik yang tertulis maupun tidak, serta sanggup menjalankannya, serta
tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan
wewenag yang diberikan kepadanya.
Disiplin kerja
menurut Veithzal Rivai (2005:444)
adalah:
”Suatu alat
yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka
bersedia mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku.
Muchdarsyah
Sinungan (2000:146) menjelaskan bahwa disiplin kerja itu ” Sikap mental yang tercermin dalam
perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa
kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang di tetapkan baik oleh
pemerintah etik, norma, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan
tertentu”. Selanjutnya Keith Davis (1985:366) yang di kutip oleh Anwar Prabu
Mangkunegara (2001:129) ”Dicipline is
management action to enforce organization standar” ( Disiplin kerja
diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman
organisasi.
Berdasarkan pengertian- pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan disiplin kerja adalah sikap
mental yang tercermin dalam perbuatan perorangan maupun kelompok berupa
kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang di tetapkan untuk
memperteguh pedoman-pedoman organisasi.
2.1.2 Bentuk- bentuk Disiplin Kerja
Berikut ini
adalah bentuk-bentuk disiplin kerja menurut Veitzal Rivai dalam bukunya Sumber
Daya Manusia untuk Perusahaan (2005:444):
1. Disiplin
retributif adalah berusaha menghukum orang yang berbuat salah
2. Disiplin
korektif adalah berusaha membantu
karyawan mengkoreksi perilakunya yang tidak tepat.
3. Perspektif
hak-hak individu adalah berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama
tindakan-tindakan disipliner.
4. Perspektif
utilitarian adalah berfokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat
konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.
Sedangkan
menurut Anwar Prabu (2000:129-130) membagi bentuk-bentuk
Disiplin kerja
menjadi dua jenis, yaitu:
1.
Disiplin
Preventif adalah suatu upaya yang menggerakan pegawai mengikuti dan mematuhi
pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan
dasarnya adalah untuk menggerakan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara
preventif pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peratuan-peraturan
perusahaan.
2. Disiplin
korektif adalah suatu upaya menggerakan pegawai dalam menyatukan suatu
perusahaan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan-peraturan sesuai
dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korektif, pegawai
yang melanggar disiplin perlu diberi sanksi sesuai denga peraturan yang
berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar,
memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.
2.1.3 Pendekatan Disiplin Kerja
Dalam pelaksanaan tindakan disipliner, Veitzal Rivai (2005:445)
Menjelaskan
tiga pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Aturan tungku
panas (hot stove rule). Pendekatan
tungku panas ini terfokus pada perilaku masa lalu.
2. Tindakan
disiplin progresif (progressive
discipline). Tindakan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa terdapat
hukuman minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran. Tujuan tindakan ini
adalah membentuk program disiplin yang berkembang mulai dari hukuman yang
ringan hingga yang sangat keras. Disiplin progressif dirancan untuk memotivasi
karyawan agar mengkoreksi kekeliruannya secara sukarela.
3. Tindakan
disiplin positif (positive discipline). Disiplin
positif tertumpukan pada konsep bahwa para karyawan mesti memikul tanggung
jawab atas tingkah laku pribadi mereka dan persyaratan – persyaratan pekerjaan.
2.1.4 Pelaksanaan Sanksi
Pelanggaran Disiplin Kerja
Menurt Veithzal Rivai (2005:450-451) sanksi pelanggaran kerja adalah
”Hukuman disiplin yang dijatuhkan pimpina organisasi kepada pegawai yang
melanggar peraturan disiplin yang telah diatur pimpinan organisasi”. Adapun
tingkat dan jenis sanksi pelanggaran kerja yang umumnya berlaku dalam suatu
organisasi yang dijelaskan oleh Veithzal Rivai (2005:450-451) adalah sebagai
berikut:
1.
Sanksi
Pelanggaran Ringan, dengan jenis :
a.
Teguran lisan
b.
Teguran
tertulis
c.
Pernyataan
tidak puas secara tidak tertulis
2.
Sanksi
Pelanggaran Sedang, dengan jenis:
a.
Penundaan Kenaikan Gaji
b.
Penurunan Gaji
c.
Penundaan
Kenaikan Pangkat
3.
Sanksi
Pelanggaran Berat, Dengan jenis
a.
Penurunan
Pangkat
b.
Pembebasan Dari
Jabatan
c.
Pemberhentian
d.
Pemecatan
2.1.5 Mengatur
dan Mengelola Disiplin Kerja
Menurut pendapat Veitzal Rivai
(2005:451) tindakan disipliner itu harus diatur apabila:
1. Seorang
karyawan melakukan kesalahan, maka karyawan harus konsekuen terhadap aturan
pelanggaran.
2. Tidak dilakukan
secara konsekuen berarti karyawan tersebut melecehkan peraturan yang sudah di
tetapkan.
3.
Kedua hal
diatas akan berakibat pemutusan hubungan kerja dan karyawan harus menerima hukuman tersebut.
Sedangkan untuk mengelola disiplin diperlukan adanya
standar disiplin yang digunakan untuk menentukan bahwa karyawan yang telah
diperlukan secara wajar. Beberapa standar dasar disiplin berlaku bagi semua
pelanggaran aturan, apakah besar atau kecil. Semua tindakan disipliner perlu
mengikuti prosedur yang telah di tetapkan oleh perusahaan.
Komentar
Posting Komentar